Setiafakta.com - Siapa sangka, semut sudah ada sejak zaman dinosaurus? Baru-baru ini, ilmuwan menemukan fosil semut tertua di dunia, tersembunyi dalam batu kapur di timur laut Brasil. Semut ini hidup sekitar 113 juta tahun lalu dan diberi nama Vulcanidris cratensis.
Fosil ini seolah "bangkit dari tidur panjang" — setelah terkubur jutaan tahun, kini ia memberi kita gambaran tentang dunia purba. Vulcanidris punya ukuran kecil, hanya 1,35 cm, tapi tubuhnya luar biasa: ia bersayap, punya sengat tajam seperti tawon, dan rahangnya unik.
Kalau semut modern biasanya menggerakkan rahangnya ke samping untuk menggigit, Vulcanidris malah menggerakkannya ke atas dan ke bawah, mirip penjepit! Gerakan ini diperkirakan memudahkannya untuk mencengkeram atau menusuk mangsa.
Makhluk mungil ini termasuk kelompok "semut neraka" — disebut begitu karena bentuk rahangnya yang menyeramkan. Sepupunya yang pernah ditemukan di Myanmar bahkan dinamai Haidomyrmex, terinspirasi dari Hades, dewa dunia bawah dalam mitologi Yunani.
Menariknya, fosil Vulcanidris ini sebenarnya sudah ada di museum sejak lima tahun lalu. Anderson Lepeco, seorang peneliti serangga dari Universitas São Paulo, awalnya mengira itu fosil tawon biasa. Tapi setelah diperiksa lebih dalam, ternyata ia menemukan "harta karun" berupa semut neraka purba.
Penemuan ini menunjukkan bahwa semut mungkin sudah berevolusi jauh lebih awal dari dugaan sebelumnya — antara 168 juta sampai 120 juta tahun lalu. Ini berarti saat dinosaurus berkeliaran di darat, semut-semut kecil juga sudah menjalani hidupnya sendiri di bawah tanah, di pepohonan, atau bahkan terbang di udara.
Semut: dari masa purba sampai mendominasi dunia
Semut modern yang kita kenal sekarang berasal dari nenek moyang yang sama dengan tawon dan lebah. Meski tubuhnya mungil, peran semut di alam luar biasa besar.
Menurut para ilmuwan, semut membantu mengendalikan populasi serangga lain, membantu tanaman tumbuh dengan melindungi mereka dari hama, memperbaiki kualitas tanah, dan bahkan bertindak sebagai "tukang bersih-bersih" dengan memakan organisme mati.
R. Wiranto